Selasa, 31 Januari 2012

Walau Dibekukan, La Nyalla Tetap Pecat Peni

Ketua Pengurus Provinsi PSSI Jawa Timur yang sudah tidak diakui PSSI Pusat, La Nyalla Matalitti mengaku membuat keputusan memecat Ketua Pengurus Cabang PSSI Kota Malang Peni Suparto.

Aksi La Nyalla ini tak lepas dari keputusan PSSI yang membekukan kepengurusannya di PSSI Jatim dan ditunjuknya Peni sebagai caretakerbeberapa waktu lalu.

"Peni Suparto sudah saya pecat sebagai Ketua Pengcab PSSI Kota Malang. Sudah pasti dan keputusannya final," tegas La Nyalla Matalitti di Surabaya, Selasa.

Ia mengatakan keputusan ini bahkan didukung oleh semua Ketua Pengcab PSSI se-Jatim, kecuali Surabaya. Bahkan, pria yang juga Ketua Kadin Jatim tersebut mengeluarkan keputusan sudah sejak Senin (3/1).

Ditanya alasan utama memecat Peni Suparto, La Nyalla mengakui karena pria yang juga Wali kota Malang tersebut menerima keputusan PSSI Pusat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Pengprov Jatim.

"Seharusnya Peni sudah mengerti. Tapi ia malah menerima penunjukan dan bereaksi aktif. Padahal, Peni sebagai Ketua Pengcab mestinya tidak menerimanya," tutur La Nyalla.

Akibat keputusannya, lanjut dia, Peni dinyatakan tidak berhak lagi mengurusi apapun di lingkungan PSSI Malang. Selanjutnya akan dipilih seorang Plt untuk menggantikan posisi Peni sebagai Ketua Pengcab PSSI Kota Malang.

"Yang dipecat Peni seorang. Jadi sampai batas waktu yang belum ditentukan, kepengurusan akan dilanjutkan pengurus harian. Semua diserahkan dan tergantung keputusan pengurus yang akan segera menggelar konsolidasi menyikapi hal ini," ucapnya.

Di samping memecat Peni, PSSI Jatim juga telah mengeluarkan kepastian untuk membekukan kepengurusan Pengcab PSSI Kota Surabaya yang selama ini dipimpin Cholid Ghoromah.

"Sementara ini kendali Pengcab PSSI Surabaya dipercayakan terhadap Haris Purwoko. Sama dengan Malang, nantinya akan segera dilakukan pembahasan dan konsolidasi anggota PSSI di daerah," kata La Nyalla.

Konflik PSSI yang terjadi memang sudah menyeret PSSI Jatim. La Nyalla selaku anggota komite eksekutif PSSI sudah dipecat oleh PSSI pimpinan Djohar Arifin. Kemudian PSSI juga memberhentikan La Nyalla sebagai Ketua Pengprov PSSI Jatim.

Selanjutnya, PSSI memberikan mandat kepada Wali kota Malang Peni Suparto sebagai Plt dan melakukan konsolidasi agar segera dibentuk musyawarah luar biasa Pengprov PSSI Jatim.

Kebijakan PSSI Dinilai Kian Memecah Belah


Sekretaris Umum Pengurus Provinsi PSSI DI Yogyakarta Dwi Irianto mengatakan kebijakan PSSI Pusat lebih banyak mengakibatkan perpecahan bagi anggotanya termasuk dengan munculnya putusan pembekuan sejumlah pengurus pengrov.

"Jelas PSSI sudah kehilangan kepercayaan dari anggota, sejak awal apapun keputusan yang dikeluarkan selalu memecah-belah dan membuat resah. Dimulai dari pembentukan PT LPIS dan kompetisi sampai menjadi dua. Ini membuktikan kegagalan PSSI, selain makin tumpulnya nurani para pengurusnya," kata Dwi Irianto, Selasa.

Ia melanjutkan kalau hal-hal tersebut membuat perkembangan sepak bola nasional sama sekali tidak kondusif. "Kemunculan dualisme kompetisi dari level tertinggi sampai di bawahnya, pembentukan klub yang kembar hingga pembekuan Pengurus Provinsi PSSI menunjukkan keputusan PSSI Pusat lebih banyak memecah-belah," katanya.

Terakhir putusan PSSI adalah pembekuan sembilan Pengrov yaitu Pengprov PSSI Jawa Timur, PSSI Jawa Barat, PSSI Kalimantan Timur, PSSI DKI Jakarta, PSSI DI Yogyakarta, PSSI Sulawesi Tenggara, PSSI Sulawesi Selatan, PSSI Lampung dan Pengprov PSSI Bengkulu. Pembekuan itu disampaikan oleh Udin Mulyono, staf ahli PSSI.

Menurut Dwi, wajar bila situasi itu mendorong anggota PSSI untuk meminta Kongres Luar Biasa, bahkan anggota yang mengajukan permohonan terus bertambah.

"Bila semula 452 anggota, kini jumlahnya menjadi 504 anggota. Ada klub yang tetap mengikuti kompetisi yang dikelola PT LPIS yang berarti di bawah PSSI. Tapi mereka secara tertulis menyatakan dukungannya untuk menggelar KLB," tambah Dwi.

Dwi menilai pembekuan Pengprov Kaltim dinilai mengada-ada. PSSI memberikan alasan bahwa pembekuan itu atas permintaan Pengcab dan klub-klub anggota, padahal tidak ada permintaan dari mereka agar Pengprov Kaltim dibekukan.

Hal senada juga disampaikan Manajer Persiwa, Agus Santoso, yang merasa prihatin dengan langkah pengurus PSSI yang membuat orang tambah kecewa karena tak melihat itikad baik untuk menyelesaikan kisruh yang ada, bahkan cenderung pamer kekuasaan untuk memberangus klub dan Pengprov yang tidak sejalan.