Senin, 02 Januari 2012

Rahmad Darmawan: Tahun 2011 menjadi episode gelap persepakbolaan kita. Selama 2011 media kita lebih banyak memberitakan konflik pengurus (PSSI) dari pada sepakbola itu sendiri. Itu harus diakhiri di tahun yang baru. Tahun 2012 menjadi momentum sangat penting. Apakah kita akan bangkit atau makin terpuruk. Kita sudah harus bicara prestasi. Menurut saya 2012 akan menjadi momen krusial sepakbola Indonesia. Mari kita renungi itu. Apa untungnya terus-terusan berkonflik. Hasilnya hanya kerugian. Mengenai konflik yang saat ini terjadi di lingkup PSSI dan para anggotanya, harus ada ada keputusan yang signifikan menyangkut organiasai sepakbola kita. Semua harus legowo apapun keputusannya nanti. Suara di tingkat grass root harus didengar. Kejadian seperti Persija Jakarta yang secara riil mendapat dukungan dari akar rumput tapi malah disingkirkan tidak boleh lagi terjadi di 2012. Hal-hal seperti itu memicu perpecahan. Ini harus diakhiri. Pada 2012 kubu PSSI dan KPSI (Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia) masing-masing punya agenda yang saya kira dua-duanya baik. Tinggal disinergikan saja. Organisasi sepakbola kita tidak akan bisa berjalan efektif tanpa orang yang kuat. Butuh yang strong baik dalam leaderhip atau dalam hal membuat keputusan. Itu bisa dicapai kalau semua bersatu. Setelah itu baru focus persiapan pembinaan jangka pendek dan panjang. Harus ada soft landing dari apa yang terjadi saat ini. Keberadaan pemain baik itu yang berstatus pemain nasional dan tidak harus menjadi focus utama. Di ISL itu ada ratusan pemain dengan dibelakangnya ada anak istri mereka. Di belakang IPL juga ada ratusan pemain dan anak istri. Soal pemain ISL yang tidak bisa bermain di timnas saya rasa statemen Menpora (Andi Mallarangeng ) sudah jelas. Selama PSSI masih da huruf “I” nya di belakang, artinya siapapun yang memenuhi syarat berhak ke timnas. Itu berulang-ulang dikatakan Menpora. Maka saya kira yang lainnya harus ikut hal itu. Terlepas ada perbedaan prisip dalam hal-hal tertentu. Kalau misalnya (ISL) tidak diwadahi ya direstui sajalah. Itu akan menyelamatkan pemain dan timnas. Tapi sekali lagi itu perlu diskusi yang sangat intensif. Soal kekuatan sepakbola, kita punya potensi luar biasa. Saya sudah memberikan gambaran kombinasi antara muda dan senior kalau digabungkan saat melawan LA Galaxy. Kita mampu melawan mereka. Jadi saya kira kita punya kekuatan. Kalau di level Asia Tenggara Asiasaja, bukan sesuatu yang sulit bagi kita untuk meraih prestasi. Tapi ya itu tadi, kita harus bersatu. Sekarang saya sudah meninggaalkan timnas. Dan coach Aji Santoso disebut – sebut bakal mengisi posisi yang saya tinggalkan. Di mata saya Aji santoso adalah figur yang paling pas ada di posisi pelatih timnas U-23. Dia punya pengalaman dengan tim U-23 di PON Jatim dan sukses. Dia juga pernah tidak secara langsung membangun Timnas U-23. Dia tidak perlu diragukan lagi pengalamannya. Khusus untuk timnas U-23, masalah utamanya adalah lebih pada jam terbang yang kurang. Karena itu harus ada solusi. Yaitu dengan memberi kesempatan tampil kepada pemain. SEA Games Myanmar masih dua tahun lagi. Tahun pertama ini hendaknya dilakukan pemilihan pemain dulu. Lalu tahun kedua dibentuk tim dan diikutkan kompetisi. Sebab kompetisi kita belum bisa menopang bagus dalam pengalaman tanding. Dalam satu musim hanya beberap kali saja pemain (U-23) diturunkan pelatih. Mereka harus bersaing dengan pemain senior. Dengan kompetisi Kelompk Umur (U-23) yang tidak jalan, mengikutkan timnas ke kompetisi adalah salah satu solusi. Sekali lagi, timnas itu butuh pemain-pemain terbaik yang ada di negeri ini. Pelatih tidak ada apa-apanya tanpa pemain. JIka tetap ada pelarangan pemain bergabung dengan timnas karena berkompetisi di liga yang tidak direstui federasi, maka siapapun pelatih timnas pasti akan merasa tidak nyaman. Kita tahu ada peman yang ,lebih hebat dari yang kita punya tapi kita tidak bias menggunakannya. Padahal pemain itu sama sekali tidak bersalah. Karena itu mari di tahun 2012 kita akhiri semua konflik ini. Hanya ada dua pilihan, kita mau sepakbola kita main terpuruk atau bangkit. Momen itu ada di 2012. (Ally Mahrus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar