Sabtu, 14 Januari 2012

'Kapten' Eriyanto, Sang Penggembala dari Sukabumi (1)

Sabtu, 14 Januari 2012 05:47 WIB REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI - Rumah beralaskan tanah dan berdinding bilik kayu itu terletak di pelosok kampung. Jalan menuju tempat tinggalnya selalu becek, licin dan berlumpur di waktu hujan. Maklum, bukan jalan kampung tidak beraspal. Itulah rumah salah seorang pemain timnas U-17, Eriyanto. Anak muda yang masih belia ini bersinar setelah bergabung dalam The All Star Team Milan Junior Camp di Italia pada 2010 lalu. Eriyanto, terlahir dari pasangan Uli (43) dan Eha Sulaeha (38). Mereka tinggal di Kampung Gulingjawa Citajur RT 01 RW 23, Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak. Untuk sampai ke rumah pelajar kelas 2 SMA Nagrak ini, perlu waktu berjalan hampir satu jam dari jalan raya utama Sukabumi-Bogor. Sosok remaja 16 tahun ini mendapat perhatian luas dari publik karena terabaikan meski telah menorehkan prestasi dalam perhelatan Milan Junior Camp Day Tournament di markas AC Milan. Bahkan dalam ajang internasional itu, Eriyanto terpilih menjadi kapten terbaik. Mirisnya, nasib Eriyanto dan keluarga tidak berubah meski telah mengharumkan nama bangsa di arena internasional. Padahal, pemerintah sebelumnya menjanjikan akan memberikan bonus atas prestasi yang ditorehkan Eriyanto. Rumah Eriyanto misalnya, tidak berubah sedikit pun. Pada waktu hujan banyak tetesan air yang mengalir dari sela-sela bilik bambu dan genteng yang rapuh. Lantai yang beralaskan tanah tampak becek saat air hujan merembes masuk. Sementara tempat tidur Eriyanto hanya beralaskan bambu dan ditutupi kain seprei. Untuk sarana hiburan, di rumah itu hanya terdapat radio tanpa televisi (TV). Di depan rumah Eriyanto terdapat kandang kambing. Di dalamnya terdapat lima ekor kambing milik tetangga yang dipeliharanya. Tak jarang selepas pulang sekolah, Eriyanto membantu ayahnya mencari rumput untuk makan kambing dan menggembalakannya. Ayah kandung Eriyanto, Uli yang hanya bekerja serabutan tidak bisa berbuat apa-apa. Pada musim hujan seperti saat ini dia jarang mendapatkan pekerjaan. Pada hari-hari biasa pun dia hanya menerima upah sebesar Rp 15 ribu per hari. Sementara janji pemerintah untuk membantu kehidupan keluarga Eriyanto belum ada yang terlaksana. Tapi pria bersahaja ini enggan menuntut janji itu. "Memang ada yang menjanjikan membantu," ungkap Uli. * bersambung http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/12/01/14/lxrdyn-kapten-eriyanto-sang-penggembala-dari-sukabumi-1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar