Selasa, 24 Januari 2012

KPSI SUDAH DIS-ORIENTASI DAN TAK PERCAYA DIRI

ARIWIBOWOJINPROPERTI.BLOGSPOT.COM - Manuver KPSI dalam menyikapi dinamika organisasi di PSSI sudah kebablasan dan offside, bahkan dinilai inkonstuta (tak sesuai statuta). Demikian pendapat dari Ari Wibowo, Direktur LSM SEMPRIT (Sepakbola Menuju Prestasi Tertinggi) dalam rilis resminya baru-baru ini.

Aktor-aktor intelektual dibelakang KPSI (waktu itu belum bernama KPSI) berhasil menciptakan skenario yang rapi dan berhasil menggiring beberapa klub masuk ke kubu mereka melalui sentimen ketidaksetujuan terhadap kemunculan 6 klub di kasta tertinggi. Dan berdasar sentimen itulah dimulai sebuah 'pemberontakan' melalui wadah PT LI. Jadi akar masalah 'dualisme kompetisi' sebenarnya dimulai dari sini.

Lucunya, PT LI yang selalu meneriakkan statuta dan Kongres Bali sebagai pijakan menuntut kasta tertinggi 18 klub (bukan 24 klub), ternyata hasil Kongres Bali yang menetapkan peserta Divisi Utama berjumlah 44 klub gagal mereka penuhi, dan seakan penyimpangan itu tak pernah mereka permasalahkan sama sekali.

Aktor intelektual di kubu penentang PSSI ini sangat cerdik dengan memulai penggalangan kekuatan melalui sentimen yang mudah diangkat menjadi isue panas. Konflik dualisme kompetisi terjadilah. Dan seiring berjalannya waktu, klub-klub yang sebagian besar hanya ikut arus itu kemudian terjebak dalam kubangan besar yang bernama kompetisi ilegal. Yang namanya ilegal pastinya memunculkan respon berupa jatuhnya hukuman-hukuman dari PSSI melalui Komdisnya.

Ketika kondisi sudah berada di titik ini, dengan cerdik pula para aktor intelektual melihat ada celah dan kesempatan mengubah peta konflik dari isue dualisme kompetisi menjadi mosi tidak percaya kepada pengurus PSSI yang sekarang. Digiringlah para klub pengikutnya yang sudah terlanjur masuk dalam kubangan besar menjadi anggota dari KPSI.

Nampak sekali bahwa penentang PSSI itu sudah dis-orientasi alias menyimpang dari tujuan awal yang dipakai saat menggalang dukungan. Dan klub-klub yang sudah masuk di gerbong itu tak berkutik akibat terlanjur masuk ke pusaran konflik sebagai kubu penentang PSSI.

Kemudian aktor intelektual tersebut melakukan penggalangan kekuatan dengan mengundang semua klub anggota PSSI guna mengajukan permintaan dilakukannya KLB dengan alasan sudah tak percaya lagi kepada pengurus PSSI yang sekarang. Propaganda besar-besaran melalui kekuatan media pendukungnya dilakukan. Upaya pembusukan PSSI bahkan pembunuhan karakter Ketum PSSI pun dijadikan program kerja mereka melalui wadah baru yang bernama KPSI.

RASN (Rapat Akbar Sepakbola Nasional) pada tanggal 18 Desember 2011 digelar dengan tujuan utama mengumpulkan tanda-tangan dari setidaknya 2/3 klub anggota PSSI, yang meminta digelarnya KLB dengan agenda pemakzulan Ketum PSSI. Tak jelas apakah yang datang benar-benar pihak yang valid dan berkompeten, yang pasti 432 tanda-tangan berhasil dikumpulkan dan diserahkan ke PSSI. KPSI memberi deadline 28 Desember 2011 sebagai batas waktu PSSI merespon tuntutan KLB.

PSSI tidak merespon deadline KPSI, tetapi tetap melakukan verifikasi berkas permohonan KLB dan baru pertengahan Januari 2012 mengumumkan bahwa jumlah dukungan tak mencapai kuorum 2/3 anggota PSSI sehingga permintaan KLB secara resmi ditolak.

Di titik inilah LSM SEMPRIT melihat ada sebuah kejanggalan besar dan menimbulkan kecurigaan, yaitu saat Sekjen KPSI Hinca Panjaitan memberikan statement H-1 sebelum hasil verifikasi diumumkan, yaitu bahwa apapun hasil verifikasi PSSI tak akan menyurutkan langkah langkah KPSI untuk tetap menggelar KLB.

Statement itu nampaknya adalah strategi antisipasi ala KPSI yang sebenarnya 'tahu' bahwa memang sejatinya jumlah dukungan yang meminta KLB tak memenuhi syarat kuorum 2/3. Tuduhan dan kecurigaan ini mungkin sebuah suudzon. Tapi kecurigaan LSM SEMPRIT makin menguat manakala KPSI tak mengambil langkah gugatan melalui CAS terhadap penolakan PSSI terhadap tuntutan KLB. Jika memang KPSI didukung 2/3 anggota PSSI yang valid dan punya hak mengusulkan KLB, kenapa mesti dengan mudah menyerah dan kemudian memilih cara makar melalui KLB KPSI yang kemungkinan besar tak akan direstui FIFA dan AFC.

Sangat aneh kelompok yang selalu berdalih memuja statuta akan tetapi tindak tanduknya bertentangan dengan statuta. Tak masuk akal jika bisa memakzulkan Ketum PSSI melalui jalur konstuta (sesuai statuta) tetapi lebih memilih jalur inkonstuta (tak sesuai statuta). Kenapa hal ini terjadi? Jawabnya sederhana sekali, yaitu bahwa sebenarnya dukungan 2/3 anggota itu tak benar-benar valid. KPSI nampak tak percaya diri di titik ini. Dan rasa tak percaya diri terhadap validitas 2/3 syarat dukungan itu ditutupi dengan membulatkan tekad untuk makar dan berniat menggulingkan Pengurus PSSI secara inkonstuta.

Demikian rilis resmi LSM SEMPRIT melalui Ari Wibowo selaku direkturnya, yang berharap bahwa semua pihak bisa berlaku bijak dan menghormati etika berorganisasi di PSSI. Tindakan makar ala KPSI sangat disayangkan, karena berpotensi menimbulkan chaos yang menimpa persepakbolaan nasional, dan berakibat dijatuhkannya sanksi FIFA. (25DCAE68)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar